Relasi Kenangan Malam

by Kamis, 21 Juli 2016


Tiang-tiang cahaya menjulang di setiap sudut kota, cahaya kuning yang berpadu dengan oranye,  membuat kota yang saat ini aku singgahi terlihat begitu hangat. Untung saja kendaraan yang berlalu-lalang malam ini tidak terlalu padat dan cukup ramai, membuat jalanan terasa sejuk namun tidak sunyi. Tarikan nafasku begitu menikmati setiap udara yang telah menunggu untuk aku hirup, mereka berlari-lari sambil menerbos masuk kedalam paru-paru ini. Rasa sesak yang dari pagi aku rasakan ternyata telah terbawa oleh hilir angin sejuk yang saat ini sedang asyik menari di sekelilingku, andai boleh aku bawa pulang, akan aku berikan angin ini kepada mereka yang berkata bahwa "angin malam membawa kematian".

Lampu-lampu kota ternyata juga menyambut kedatanganku, cahaya oranye yang membuat tubuh ini terasa tenang, telah tersenyum lebar dan mempersembahkan cahayanya untuk perjalananku malam ini. Dari beribu-ribu lampu kota yang pernah aku lihat, mungkin ini yang benar-benar membuat jantungku berdegup kencang, mereka cantik dan anggun. Ada satu sudut yang membuatku terdiam namun hati ini melayang, melayang diantara kemilaunya. Satu hal yang membuat aku terkagum-kagum dengan malam ini, mereka (lampu-lampu) itu membuat kenangan yang selama ini aku simpan, kembali terputar seperti film bertajuk nostalgia. Aku tertawa kecil, bagaimana bisa sebuah lampu dan cahaya biasa, mampu dengan cepatnya meretas kenangan-kenangan yang selama ini aku simpan dengan apik.

Dalam kemilaunya mereka seakan berkata "Ingatkah kau ketika langit mendung dan bahagiamu setinggi gunung? Ketika malam tiba namun matamu tetap berjaga, hanya untuk menunggunya?", dalam gema mereka seakan membawa ragaku kembali memerankan peran yang sudah lama aku tinggalkan. Sekuat tenaga raga ini mencoba melawan ajakanya, tetapi pada kenyataannya hatiku berlari mengejar setiap kenangan yang seharusnya terabaikan, berjalan seiring dengan kejadian yang tidak mudah untuk dilupakan. Yang paling mengejutkan di malam ini ternyata angin malam ikut terlibat dalam aktivitas nostalgiaku, mungkin sekarang mereka sedang mengolok-olokku, dan berkata "Ini kenangan ! ini keindahan ! ini tangisan !", aku tersadar inilah yang disebut dengan angin malam yang membawa kematian, ternyata dibalik kesejukanya mereka menikam masuk ke tulang rusuk terdalam, diantara sambutannya mereka menyayat hati yang telah mengenang. Bagaimanapun angin malam telah membuat hati ini bertakjub gembira dan memujinya.

Sepertinya malam ini relasi antara lampu kota dengan angin malam telah mampu mengalahkan egoku.  Mataku dengan sukarelanya berjaga sampai hati ini puas mengingat berbagai kejadian yang telah aku lewati, ini terbukti bahwa rindu dan kenangan mampu membuat manusia yang lelah sepertiku bisa kembali tersenyum seakan hari baru saja dimulai. Sebenarnya selama ini bukan kenangan yang aku benci, tetapi ketika telah mengenang bagaimanapun akhirnya pasti akan menyisakan satu keperihan, entah itu keperihan untuk kebahagiaan atau hanya keperihan untuk merelakan.

Sumber Foto : https://ezradais.com/