K A M U

by Jumat, 06 Januari 2017


Reruntuhan takdir telah membelah daratan yang sedang kita pijak. Jarak terpanjang sedang terjadi diantara dua manusia pengharap akan sebuah keselarasan. Begitu lamanya langit menyaksikan perpisahan ini, bisikan angin terus menyerukan angannya untuk kebersamaan kita. Sama halnya dengan angin, sanubariku terus melaung-laung karna ia merindukanmu. “Hai”, mungkin itu sapaku jika suatu saat nanti pertemuan pertama itu terjadi. Banyak yang ingin aku ceritakan saat takdir telah mendorong kita untuk saling berhadapan, banyak yang ingin aku tanyakan saat kesunyian menghampiri waktu yang akan kita habiskan dan banyak yang ingin aku  bagikan saat dunia tak mampu lagi memberimu kebahagiaan. Raut wajahmu terlukis indah di dalam doaku, harapan macam apa yang sedang aku lakukan? 

Mmmm, kamu tahu? malam tadi, salah satu dari skenario Tuhan telah terjadi dan menyayat hati. Seseorang yang telah berdiri di sampingku itu ternyata bukan dirimu, dia hanya seorang nahkoda yang hanyut terbawa oleh ombak menuju hatiku, dan hari ini dia telah kembali berlayar meninggalkan kenangan ini tanpa kata selamat tinggal. Apa jarak yang sedang kamu tempuh masih jauh untuk aku capai? Aku lelah jika hanya berdiri bersama dengan penantian. Aku letih harus berhadapan dengan mereka yang datang lalu hilang seperti bintang yg termakan siang. Bukankah sebaiknya aku dan kamu hidup seperti semut? mereka tidak sungkan untuk saling menggenggam, mereka tidak segan untuk saling menguatkan, dan mereka tidak takut untuk saling beriringan walau mereka tahu rintangan lebih besar dibandingkan kekuatan mereka. 

Atau mungkin selama ini kesalahan terletak pada diriku? Apa mungkin kamu telah melewati bumi tempatku berpijak? Jika memang begitu, Pulanglah! Kembalilah! kali ini aku akan berhenti berlari dan menunggumu di dalam, kali ini aku akan lebih tenang dalam penantian.

Sumber Foto : https://www.anderslonnfeldt.com/