Tujuan Sang Kompas

by Rabu, 30 September 2015


Garis demi garis membentuk sebuah "pola", semuanya seperti puzzle yang satu persatu tersusun dengan rapih menjadi "kompas kehidupan". "Kompas" yang dulunya tak tersentuh dan rusak kini telah kembali, kembali dengan "jarum" dan "rantai" yang lebih baik, tentunya kembali untuk menunjukan kemana aku harus melangkah.

Begitu banyaknya jalan yang ada dihadapanku, bahkan setiap langkah aku melihat jalan yang berbeda2. Awalnya semua jalan terlihat mulus namun aku belum tau bagaimana kelanjutan dari jalan itu, ya aku baru sadar bahwa di hidup ini setiap manusia membutuhkan "kompas" yang menunjukan jalan kemana mereka harus melangkah. Melangkah untuk mencapai "surganya".

Aku sadar "pengemudi" tubuh ini masih sangatlah kotor. Kedengkian, kemunafikan, dan kesombongan sumber kotorannya. Dengan kerendahan dan kesabaran aku hapus semua kotoran itu, memang tidak akan bersih seutuhnya, tapi aku yakin itu akan membuatnya lebih baik untuk mengantarkan aku menuju "surganya". Karna ketika "pengemudi" itu kotor maka pikiranku pun tidak akan jernih, sebab dia penggerak seluruh tubuh ini.

"Kompas", "Pengemudi" dan "Tujuan" ketika semuanya telah siap bukankah mudah untuk mencapai apa yang dituju? 
Memang sangatlah mudah, tapi yang jadi permasalahan adalah "waktu".

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan dengan "pengemudi" yang saat ini?
Berapa lama aku diberikan waktu olehNya untuk mencapai tujuanku?


Jika "pengemudi" itu segera bersih seutuhnya bukankah aku lebih cepat untuk mencapai garis finishku? Jika "kompas" itu selalu aku pegang dan aku mengikutinya bukankah itu juga akan lebih cepat untuk aku mencapai tujuanku? Dan jika aku menghargai setiap detik dari waktu yang ada bukankah itu membuat aku semakin cepat dan cepat lagi untuk aku mencapai "surganya"?

"Cermin" yang hari ini aku lihat menyadarkan aku betapa pentingnya membersihkan "pengemudi" atau hati ini dari segala penyakit kesombongan, kemunafikan dan kedengkian, "kompas" atau pedoman hidup setiap manusia, aku harus sering melihat dan mengamalkannya. Dan yang terakhir waktu yang selalu terbuang sia2, aku harus lebih menghargainya. Dengan begitu aku dapat mencapai "surganya" walau aku tau, itu tidak akan terjadi bila melihat aku yang saat ini berlumuran dosa.

Sumber Foto:http://vsco.co/renrut1686/media/