Rindu

by Selasa, 29 Agustus 2017


Tujuh dari minggu terdapat suatu tempat yang tak pernah terjamah oleh waktu, tempat itu masih saja berdebu oleh kejamnya rindu, setia menunggu sang penutup pintu yang menggetarkan kalbu. Berdustalah jika aku tak merindu,  membekam suara hati yang terus berteriak akan namamu, tapi Tuhan tak pernah miliki restu. Kalbu berseru tapi waktu membisu, senyummu meranggu seluruh duniaku.

Mula-mula melafalkan namamu seperti jarum yang menusuk kain, sakit namun mereparasi. Menikmati kesakitan akan merindukanmu seperti ramuan yang menyegarkan sekaligus meruntuhkan. Tapi kemudian aku sangat berani menyebut namamu, bahkan dalam doaku, senyummu mengetuk pintu hati yang telah lama berdebu. 

Kemudian... 

Selanjutnya... 

Pintu itu telah berhasil terbuka,  menerbangkan sejuta rindu. Retina ini menangkap satu pahatan karya Tuhan yang amat hati ini inginkan, tapi itu semua hanya dapat aku lihat tak dapat aku jamah. Wajahmu seperti seni rupa yang tak bisa aku miliki, bukan aku tak mampu menebusnya namun karna seseorang telah terlebih dahulu membawamu menjadi koleksinya.

Robohlah pintu yang berumur itu, langkah kakimu semakin menjauh, ragamu semakin tertelan jarak. Bawalah segala harapan indah ini semuanya, aku tak mampu lagi mengenggamnya.
Bawalah segala mimpi buruk ini, aku tak sanggup terbangun tanpa melihatmu kembali.

Bawalah bawalah bawalah...

Bersama dengan rasa yang tak pernah berhasil di daulat oleh Tuhan.

Sumber Foto : http://www.thisiscolossal.com/