Hembusan Angin Kuasa

by Selasa, 17 April 2018


Selaka sinar yang merayap ranting-ranting kering, surya yang lenyap dibalik selimut bumi, nyeri menggerogoti sela-sela hati, hati tersakiti oleh duri benci.

Retak...

Seperti batu karang yang terkikis oleh air sungai, seperti palu yang menghantam dinding besar, dan sama seperti hati manusia yang tergores oleh sebuah perpisahan.
Maaf ini ku tuturkan pada pagi yang tak sempat aku sapa, kepada mendung yang ku tolak kedatangannya. Sungguh senyum ini tak bisa aku berikan untuk pagi,  bahagia ini sedang mengangkat kaki dan berlari. Terutama semenjak kau pergi terhembus angin kuasa di sore hari.

Menyerahlah...
Itu yang dikatakan takdir saat aku rasa semuanya bisa bertahan.
Tersenyumlah...
Itu yang dikatakan hujan saat ternyata pengorbanan tak bisa lagi diteruskan.
Berbahagialah...
Itu yang dikatakannya saat takdir berkata menyerah lalu memisahkan.

Tak akan lagi aku dapatkan senyum manis itu Tuhan
Tak akan lagi aku temukan tempat kembali yang tenang itu
Aku pasrah,  aku lelah,  aku menyerah.

Aku sulit membedakan mana yang saat ini bisa disalahkan,  waktu yang terlalu cepat berlalu atau kamu yang tega meninggalkan marcapadaku?

Wahai bahagiaku...

Setiap malam aku selalu berbisik kepada bulan untuk sampaikan segala teriakan hati ini,  setiap pagi aku selalu titip senyum untuk hari indahmu,  setiap siang aku selalu berdoa untuk malammu yang tak sepi dan dingin.  Tapi kenyataanya,  takdir menghancurkan itu semua. Rintihan,  senyuman dan doaku hanya sampai kepada alam dan tak sampai ke hatimu yang hari ini mungkin telah dibahagiakan orang lain. Aku tidak pernah menyesal, aku tidak akan kecewa dan aku berbahagia untuk kebahagianmu dan kenangan kita.

Terimakasih....

Sumber foto : tumblr.com