Genggam Dunia

by Kamis, 09 April 2015
 
                Terang tapi serasa gelap, ramai tapi terasa sendiri, hilang tapi serasa tidak ada yang harus dicari. Itulah yang aku rasakan untuk saat ini, aku merasa gelap ketika semua orang melihat bahwa itu terang, aku merasa sendiri ketika semua orang bersama di sampingku, dan aku merasa ada yang hilang tanpa aku tau apa yang harus aku cari. Aku sulit mencapai dunia yang “mereka mereka injak”, aku sulit membuka mata untuk melihat “keindahan” yang mereka sebut itu “matahari” yang menyinari dunia ini, aku sulit berjalan di jalan yang “mereka jalani”, aku sulit tertawa untuk sebuah lelucon yang “mereka anggap itu  lucu”. Karna apa? Ya, karna dunia yang mereka injak sulit untuk aku capai, matahari yang mereka lihat adalah api kecil yang mampu membuatku terbakar, jalan yang mereka jalani adalah jalan yang rusak dan penuh dengan krikil di mataku. Entah ini sementara atau selamanya, aku harus melihat “kalian kalian” hanya menonton di balik layar dan hanya tersenyum melihat dunia-dunia mereka, atau aku harus berjuang membawa “kalian kalian” merasakan seperti apa indahnya dunia mereka. Untuk saat ini, aku seperti pengecut yang hanya melihat “dunia mereka” dari kain bolong yang menutupi wajahku, aku tidak berani untuk mengatakan “ajari aku bagaimana cara melihat duniamu dan bagaimana aku bisa membawa mereka kemari?”.
Ya, aku hanya bisa merelakan air mata ini menetes tepat di pipiku, karna aku yakin air mata itu sudah tidak sanggup lagi untuk aku tahan, aku seseorang yang melampiaskan segalanya dengan air mata, karna aku sendiri, aku tidak bisa melampiaskan semuanya kepada mereka mereka yang tidak pernah menggap aku ada. Air mata adalah teman sejatiku yang tidak pernah meninggalkanku sendiri, ketika aku kecewa mereka menampakan diri, ketika aku bahagia mereka keluar dengan bahagia dan ketika aku marah mereka menahanku dan membuat aku berkata “aku harus bersabar dengan semua ini”.

Ini “duniaku” yang mungkin “mereka mereka” lihat adalah sebuah kebahagian dan keberuntungan, tetapi yang aku rasakan adalah sebuah kesedihan yang diciptakan oleh “mereka mereka” dan sebuah kebahagian karna adanya “kalian kalian” dihidupku ini. Mungkin Tuhan lebih tau mana yang terbaik untukku, aku hanya bisa berdoa, aku terlalu takut untuk berusaha karna aku tidak ingin ada kata “penantian”, “kekecewaan”, dan “penyesalan”. Untuk itu akan aku serahkan semuanya kepada Tuhan yang selalu mengerti, memahami dan memberi apa yang terbaik untukku dan apa yang aku mau.