Terang
tapi serasa gelap, ramai tapi terasa sendiri, hilang tapi serasa tidak ada yang
harus dicari. Itulah yang aku rasakan untuk saat ini, aku merasa gelap ketika
semua orang melihat bahwa itu terang, aku merasa sendiri ketika semua orang
bersama di sampingku, dan aku merasa ada yang hilang tanpa aku tau apa yang
harus aku cari. Aku sulit mencapai dunia yang “mereka mereka injak”, aku sulit
membuka mata untuk melihat “keindahan” yang mereka sebut itu “matahari” yang
menyinari dunia ini, aku sulit berjalan di jalan yang “mereka jalani”, aku
sulit tertawa untuk sebuah lelucon yang “mereka anggap itu lucu”. Karna apa? Ya, karna dunia yang mereka
injak sulit untuk aku capai, matahari yang mereka lihat adalah api kecil yang mampu
membuatku terbakar, jalan yang mereka jalani adalah jalan yang
rusak dan penuh dengan krikil di mataku. Entah ini sementara atau selamanya,
aku harus melihat “kalian kalian” hanya menonton di balik layar dan hanya
tersenyum melihat dunia-dunia mereka, atau aku harus berjuang membawa “kalian kalian”
merasakan seperti apa indahnya dunia mereka. Untuk saat ini, aku seperti
pengecut yang hanya melihat “dunia mereka” dari kain bolong yang menutupi
wajahku, aku tidak berani untuk mengatakan “ajari aku bagaimana cara melihat
duniamu dan bagaimana aku bisa membawa mereka kemari?”.
Ya, aku hanya bisa merelakan air mata ini
menetes tepat di pipiku, karna aku yakin air mata itu sudah tidak sanggup lagi
untuk aku tahan, aku seseorang yang melampiaskan segalanya dengan air mata,
karna aku sendiri, aku tidak bisa melampiaskan semuanya kepada mereka mereka
yang tidak pernah menggap aku ada. Air mata adalah teman sejatiku yang tidak
pernah meninggalkanku sendiri, ketika aku kecewa mereka menampakan diri, ketika
aku bahagia mereka keluar dengan bahagia dan ketika aku marah mereka menahanku
dan membuat aku berkata “aku harus bersabar dengan semua ini”.
Ini “duniaku” yang mungkin “mereka mereka”
lihat adalah sebuah kebahagian dan keberuntungan, tetapi yang aku rasakan
adalah sebuah kesedihan yang diciptakan oleh “mereka mereka” dan sebuah
kebahagian karna adanya “kalian kalian” dihidupku ini. Mungkin Tuhan lebih tau
mana yang terbaik untukku, aku hanya bisa berdoa, aku terlalu takut untuk
berusaha karna aku tidak ingin ada kata “penantian”, “kekecewaan”, dan “penyesalan”.
Untuk itu akan aku serahkan semuanya kepada Tuhan yang selalu mengerti,
memahami dan memberi apa yang terbaik untukku dan apa yang aku mau.